Hampir 9 tahun aku tidak pernah memikirkan akan jadi apa aku ini, bagaimana meningkatkan kemampuan akademisku...
Setelah menjadi seorang istri dan ibu, yang ada dibenakku adalah bagaimana mendidik anak-anak menjadi pribadi soleh dan solehah,
Bagaimana menjadi istri yang baik bagi suami.
Rasanya jauh dari anak itu sangat menyakitkan bagiku, terkadang suami menertawakanku.. "gimana anak-anak mau sekolah jauh, anak pergi sekolah ibu dirumah nangis kangen anak",
Terkesan lebai tapi itulah naluri seorang ibu. Bisaku mengerti serta merasakan perasaan mamaku,ibu dan ayah mertua melepas kami berangkat ke Inggris, air mata tak terbendung mengalir tiada henti saat kaki kami melangkah ke dalam airport.
Kembali ke kisah ku.. sekarang aku dihadapkan memilih kembali aktif sebagai pengajar atau melanjutkan studi s3.. suami sangat mendukung jika aku bisa s3, beliau sangat bersemangat bersedia menjadi mentor IELTS bagiku. Sementara di pihak orang tua, mereka sangat mengharapkan kami bisa secepatnya pulang, kerinduan kepada anak cucu membuat mereka kurang begitu semangat saat kami mencoba menceritakan rencana lanjut s3 ini. Walaupun keputusan akhir mereka serahkan kepada kami tapi terbaca jelas keinginan mereka.
Sulit untuk kembali membangkitkan semangat sekolah, apa karena 3 tahun ini aku terlalu meresapi sebagai full time ibu rumah tangga.
Untuk mendapatkan beasiswa s3 tidaklah mudah, banyak hal yang harus dipersiapkan mulai dari kemampuan Bahasa, menyiapkan rancangan penelitian, mencari supervisor, mencari scholarship, menyiapkan dana, serta menyiapkan mental.
Langkah awal yang harus aku lakukan yaitu mendapatkan sertifikat IELTS, agar aku bisa submit ke universitas untuk mendapatkan LoA. Mudah2an semuanya dipermudah, Karena sebagai manusia kita hanya menjalankan dan berusahan untuk melakukan yang terbaik dan serahkan semuanya kepada Allah SWT hasil dari proses yang sudah kita jalani...